Kisah nyata yang dicetakan oleh Syaikh Abdul Muhsin Al Ahmad ini terjadi di Abha, ibu kota Provinsi Asir Arab Saudi.
“Setelah melaksanakan shalat Maghrib dia berhias, menggunakan gaun
pengantin putih yang indah, mempersiapkan diri untuk pesta
pernikahannya. Lalu dia mendengar azan Isya, dan dia sadar kalau
wudhunya telah batal.
Dia berkata pada ibunya : “Bu, saya mau berwudhu dan shalat Isya.”
Ibunya terkejut : “Apa kamu sudah gila? Tamu telah menunggumu untuk
melihatmu, bagaimana dengan make-up mu? Semuanya akan terbasuh oleh
air.”
Lalu ibunya menambahkan : “Aku ibumu, dan ibu katakan jangan shalat
sekarang! Demi Allah, jika kamu berwudhu sekarang, ibu akan marah
kepadamu”
Anaknya menjawab : “Demi Allah, saya tidak akan pergi dari ruangan
ini, hingga saya shalat. Ibu, ibu harus tahu “bahwa tidak ada kepatuhan
kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Pencipta”!!
Ibunya berkata : “ Apa yang akan dikatakan tamu-tamu kita tentang mu,
ketika kamu tampil dalam pesta pernikahanmu tanpa make-up?? Kamu tidak
akan terlihat cantik dimata mereka! dan mereka akan mengolok-olok dirimu
!
Anak nya berkata dengan tersenyum : “Apakah ibu takut karena saya
tidak akan terrlihat cantik di mata makhluk? Bagaimana dengan
Penciptaku? Yang saya takuti adalah jika dengan sebab kehilangan shalat,
saya tidak akan tampak cantik dimata-Nya”.
Lalu dia berwudhu, dan seluruh make-up nya terbasuh. Tapi dia tidak merasa bermasalah dengan itu.
Lalu dia memulai shalatnya. Dan pada saat itu dia bersujud, dia tidak menyadari itu, bahwa itu akan menjadi sujud terakhirnya.
Pengantin wanita itu wafat dengan cara yang indah, bersujud di hadapan Pencipta-Nya.
Ya, ia wafat dalam keadaan bersujud. Betapa akhir yang luar biasa bagi seorang muslimah yang teguh untuk mematuhi Tuhannya!
Banyak orang tersentuh mendengarkan kisah ini. Ia telah menjadikan Allah dan ketaatan kepada-Nya sebagai prioritas pertama.
--- SubhanAllah...---
Semoga Bermanfaat...
tak secantik Cinderela
Seorang wanita di hadapanku memang tak secantik Cinderela dengan
sepasang sepatu kacanya ataupun semempesona Nirmala dengan tongkat
ajaibnya. Tapi dia adalah orang yang paling aku cintai. Istriku.
“ Mas, kok malah ngelamun, pertanyaanku gak di jawab “ aku terkejut dengan cubitan istriku. Aku hanya tersenyum.
“ Orang ...tua mu masih enggak suka juga ya mas sama aku, aku memang
belum bisa ngasih cucu buat mereka “ dia pun melanjutkan pertanyaannya.
“ Kata siapa Dik ?? mereka sayang kok sama kamu “ Keluargaku memang
sejak awal tidak menerima kehadirannya, istriku sangat sensitif dengan
keluargaku. Ketidak setujan utama keluargaku karna mereka memandang
istriku “ jelek “ itu kata mereka. Dengan tubuh pendek dan gendut,
menurut mereka dia tak pantas denganku. Ahh..itu kan kata mereka, buatku
dia wanita yang mempesona.
Jilbabnya yang membuatnya selalu terlihat anggun, suaranya yang
sering melantunkan Al Quran selalu membuatku gemetaran, kesabarannya
dalam kesulitan ekonomi kami yang memang karna ketidak setujuan
keluargaku, maka kami bagai terasingkan. Buatku, tak apalah aku ingkar
pada orangtuaku yang mengajakku pada kebatilan, mereka lebih memilih
tahta,kecantikan dan harta. Sedangkan aku ingin seorang wanita yang bisa
menuntunku dan mengajakku selalu mengingat Allah.
“ Duh, mas. Enggak usah beliin aku yang macem-macem deh mas. Ini baju
kan mahal banget, mendingan buat sedekah atau buat simpanan kita “
katanya. “
Aahh..kamu ini. Selalu mikirin itu, sekali-kali aku ini pengen buat
kamu seneng, malah di protes “ aku pura-pura cemberut di hadapannya.
“ Iya..iya.. maaf yaa sayang . Aku coba ya bajunya “ dia pun melesat masuk ke kamar.
“ Gimana mas ?? “ katanya. Aku hanya terbengong melihatnya.
“ maasss… “ katanya sedikit berteriak. Aku hanya cengengesan tanpa bisa berkata apapun.
“ Kita makan yuk mas, aku siapkan dulu “ katanya. Baru beberapa
langkah, aku melihat istriku memegang perutnya seperti kesakitan yang
luar biasa. Lalu terjatuh. Terdengar suara berdebam kuat di lantai.Aku
panik. Aku bingung. Aku segera telpon Ambulance. Istri ku koma. Sudah 3
minggu dia dalam keadaan seperti ini. Dia terkena Kanker di rahimnya.
Kanker yang sudah lama di deritanya.
Kenapa..kenapa aku sampai tak tahu dia sedang sakit ?? suami macam
apa aku ini. Laptop kesayanganya aku bawakan untuknya. Dia tak pernah
bisa lepas dari laptopnya. Aku paham dengan keadaannya yang selalu
sendiri, karna aku bekerja dari pagi hingga malam menjelang. Aku buka
laptopnya. Aku mainkan ayat-ayat suci yang selalu dia nyalakan setiap
pagi. Aku begitu sayu untuk mampu menatapnya lekat-lekat. Aku buka satu
persatu folder ku buka. Sampai aku menemukan sebuah judul “ CatatanKu “.
Aku segera membukanya. Aku tersenyum membaca ceritanya, di mulai ketika
kita ta’aruf. Aku menatapnya sambil berharap dia segera sembuh agar dia
bisa menjadi seorang penulis.
Matakupun mulai serius ketika kisah kita di mulai dari
ketertekanannya. Aku menitikkan air mataku. Aku membaca dengan
lamat-lamat ketika dia menuliskan setiap detik rasa sakitnya. Air mataku
makin deras ketika ku membaca bagaimana dia menutupi sakitnya. “Aku tak
mungkin memberitahunya, sedangkan ekonomi kami belum membaik. Aku tak
mau sampai suamiku ikut menanggung kesulitanku. Aku juga enggak mau aku
tambah buruk di hadapan keluarganya. Aku yang belum di karunia
anak,sekarang harus di timpa musibah sakit seperti ini.
Belum tentu keluarganya kasihan padaku, aku takut nanti suamiku yang
kena imbasnya. Biarlah sakit ini hanya aku dan Allah yang tahu. Karna
aku yakin setelah musibah ini, aku akan di berinya sebuah keindahan yang
luar biasa.” Tak sanggup aku untuk meneruskan membaca kalimat-kalimat
yang ada di hadapanku. Aku memilih menutupnya dan aku ingin segera
mengadu padaNya.
segera sembuhkan lah istriku dari sakitnya dan ijinkan aku untuk
tetap menjaganya untukMu. Namun jika Engkau ingin menghapuskan jiwa
istriku dari segala dosa-dosanya, maka aku ikhlaskan dirinya demi
diriMu. Biarkan dia menantikanku di pintu surga. Aamiin “ Tak lama suara
“ Tiiit” panjang dari indikator denyut jantungnya. Aku melihatnya
tersenyum begitu manis. Bidadariku, nantikanku dipintu surga Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar